Rabu, 27 September 2023

Amarah

28 September 2023 lepas satu hari setelah kejadian itu terjadi ...
Ya, marah rasanya diri ini terhadap suatu keadaan yang dilakukan orang lain, tapi tanpa sadar apa yang mereka lakukan menyakitiku ...

Untuk diriku sendiri, please hargai orang lain. No matter what!!!
Orang yang mahir, ia bisa karena MENCOBA. Ya, pasti dalam mencoba terjadi proses belajar yang tak jarang akan menemui salah dan kurang, PASTI. 

Sedih, ketika kita sedang belajar. Ketika sedang menaklukan rasa takut. Ketika kita sedang berproses untuk bisa. Sementara, orang di sekitar kita tidak menghargai, dan bahkan menertawakan apa yang kita sedang usahakan. Hanya karena merasa mereka lebih bisa, lebih mampu, dan lebih tahu. Mungkin perilaku seperti itu mereka sadari hanya sebagai guyonan. Parahnya mungkin mereka tidak sadar apa yang dilakukannya menyakiti hati orang lain. Karena hal itu sudah biasa terjadi di lingkungan kita dan menjadi budaya. 

Pesan untuk diriku sendiri. Jadilah padi yang semakin berisi semakin merunduk. Ketika kamu merasa sudah lebih bisa dari orang lain. Ketika kamu sudah merasa lebih mampu dari orang lain. Ketika kamu merasa sudah lebih tahu dari orang lain. 
Please!!! 
Jangan tertawakan orang lain yang masih belajar. Jangan tertawakan orang yang salah karena masih belajar. Jangan remehkan kemampuan orang lain. Hargailah orang lain. Bismillah :)

Jumat, 01 Juli 2022

Life Update : "Keajaiban Sebuah Catatan"

Assalamu'alaikum ... Halo semuanyaa!

Ternyata tiga tahun sudah ku meninggalkan blog ini. Tiga tahun yang lalu, dimana aku masih disibukkan dengan kuliah dan organisasi. Beberapa hari yang lalu, aku iseng buka blog ini dan membaca setiap tulisan yang pernah ku tulis diiringi tawa dan senyum sendiri 😂 

Ternyata cukup banyak memori yang ku tinggalkan dan tidak ku tulis dalam blog ini. Tiga tahun telah berlalu, kali ini ku telah memasuki fase yang berbeda yaitu kerja! kerja! kerja!. Tapi untuk kali ini aku akan mencoba menceritakan keajaiban sebuah catatan yang ada kaitannya dengan kelulusanku di kampus tercinta 😄

Disclaimer: cerita ini aku tulis bukan untuk pamer atau menyombongkan diri. Murni dariku untuk menceritakan begitu ajaibnya sebuah catatan. 

Pada awal tahun awal tahun 2018 yang mana di tahun itu aku baru awal-awal memasuki bangku kuliah. Pada saat itu aku menulis sebuah catatan yang penuh makna. Oke ini dia catatannya ...

jujur malu melihatkan ini 🙈 karena ini rahasia :)

Pada awal tahun 2018, aku menuliskan 8 target panjang dalam hidupku. Diantara target itu ada 2 target yang telah selesai masa waktunya. Kedua target itu aku tulis untuk kuliah S-1. Pada target nomor 1 aku menuliskan "Lulus cumlaude, IPK bismillah 3,80". Adapun target nomor 8 aku menuliskan "Mahasiswa berprestasi UNY". 

Mari kita bahas dari target yang nomor 1 yaitu lulus cumlaude dan mendapat IPK 3,80. Jujur untuk mendapatkan gelar cumlaude di program studiku bisa dikatakan tidak sulit. Karena hampir sebagian besar teman dan kating bisa mendapatkan gelar cumlaude. Tetapi hal yang cukup membebankan pikiranku adalah pada target itu aku menuliskan IPK 3,80. Saat itu aku berfikir, apakah bisa aku mendapatkan IPK dengan besar segitu? apakah aku mampu?. Karena menurutku angka itu termasuk besar dan pada saat kuliah aku juga tidak hanya fokus dalam hal akademik saja. Namun, siapa sangka setelah lulus, ku buka kembali catatan itu. Ternyata aku mampu mencapai dan melampaui target itu. Masya Allah. Berawal dari itu, aku mulai meyakini bahwa begitu ajaibnya sebuah catatan. Karena aku yakin bahwa sesuatu yang kita tulis dan kita ucapkan bisa menjadikan sebuah doa yang bisa saja malaikat aamin kan. 

Selanjutnya, menuju target nomor 8. Pada catatan itu aku menuliskan "Mahasiswa Berprestasi UNY" (akhirnya ku sebutkan sudah almamaterku 😛). Membaca tulisan ini aku ingin tertawa sekencang-kencangnya 😂. Tulisan seorang maba yang terdengar seperti harapan halu. Sebenarnya salah satu pendukung untukku bisa mencapai target itu adalah ikut lomba dan mendapatkan juara. Namun, karena pada dasarnya disibukkan dengan kuliah, organisasi, dan PP rumah - kampus wates - kampus pusat yang berjarak puluhan kilometer, maka target itu sedikit aku indahkan (dasar aku alibi, mengkambinghitamkan organisasi dan jarak -_- ). Selama hampir 4 tahun aku kuliah, tercatat hanya 4 ajang lomba yang aku coba ikuti dan hasilnya masih zonk 🙉. Tapi tak apa-apa kataku pada waktu itu, karena aku sadar akan usahaku yang masih minim.

Ternyata cerita ini belum berakhir. Ketika target nomor 8 itu tidak tercapai, ternyata Allah menggantinya dengan hal baik yang cukup membuatku tersenyum lebar. Pada saat aku lulus, ternyata aku dinyatakan menjadi "Lulusan Terbaik" pada periode saat itu.


Dari hal tersebut, aku mulai menyadari kata-kata Bung Karno bahwa:

"Gantungkan cita-citamu setinggi langit! Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang"  (Ir. Soekarno)

Mungkin dari target-target yang telah aku tuliskan itu terdengar TIDAK MUNGKIN, HALU, TERLALU TINGGI MIMPINYA, dan sebagainya. Tetapi aku yakin bahwa sesuatu yang kita tuliskan itu nantinya akan ada 2 jawaban. Pertama, mencapai target atau bahkan melampauinya. Kedua, Allah mengganti target itu dengan hal yang lebih baik untuk kita. NOTE: harus tetap berusaha disertai dengan doa :)

Sekian cerita yang bisa aku tuangkan dalam blog ini. Semangat untuk kita yang sedang meraih mimpi! Semoga dapat bermanfaat dan menginspirasi teman-teman pembaca. Terima kasih 💛



Sleman, 2 Juli 2022

Tulisan yang ku buat untuk dijadikan memori terkhusus untuk diriku dimasa yang akan datang. Semoga akan ada hal baik lagi yang akan ku tuliskan di blog ini. Aamin. 



Minggu, 16 Juni 2019

Rasanya Ikut Organisasi Kampus itu .....

Halooo, kali ini aku mau sedikit cerita dan lebih banyak ngomong sendiri sebenarnya hahah. Topik yang bakal aku ceritakan ini tentang organisasi kampus yang penuh drama dan pengorbanan yang amat luar biyasaah (bodo amat alay wkwk)

Nah jadi di kuliah ini aku memutuskan buat ikut organisasi semenjak semester 2 (sekarang masuk semester 5) berarti kalau dihitung-hitung sudah dua periode kepengurusan aku ikut organisasi, yang satu sudah kelar yang satunya masih dalam perjalanan. Nah selama 2 periode kepengurusan ini aku ikut 2 organisasi juga satunya bidang penalaran tingkat fakultas dan yang satunya himpunan mahasiswa a.k.a hima tingkat prodi. Nah... karena aku kuliah di kampus wilayah yang amat jauh jaraknya dari kampus pusat kira kira sekitar 1 jam lebih perjalanannya, nah sebenarnya ikut organisasi tingkat fakultas ini agak "membebankan" untuk diposisiku.
Jadi gini, singkat cerita dulu pengen banget aku bisa nambah skill nulis nah alhasil kepincut dengan organisasi penalaran di fakultas. Jujur untuk memutuskan itu ada banyak banget pertimbangan khususnya jarak yang lumayan jauh kalau bolak balik dari rumah-kampus wilayah-kampus pusat. Dilain sisi, di kampus wilayah aku ada hima itu salah satu kesempatan besar buat nambah skill organisasi dan mubadzir kalau nggak nyoba daftar. Jeng jeng jeeeenng akhirnya semester 2 aku resmi menjabat 2 organisasi itu.
Seiring berjalannya waktu, periode kepengurusan kedua organisasi itupun habis. Ada banyak dilema yg kulalui antara lanjut apa enggak. Nah singkat cerita aku milih lanjut lagi di kedua organisasi itu dengan alasan kuat aku nggak mau ngecewain dengan ninggalin gitu aja tanpa memberikan ilmu yang sudah aku dapat sebelumnya ke adik tingkat kelak.
Nah drama sebenarnya baru banget kerasa ketika di periode kedua organisasi. Menjabat sebagai kakak tingkat dengan tanggung jawab proker yang lebih besar dan tanggung jawab untuk mendampingi adik tingkat beuhhh nikmat banget hahah. Belum lagi kalau ada proker sama-sama gede, sama-sama penting dari kedua organisasi itu beuuuhhh rasanya capeeeekkkk bangeeetttt. 
Capek karena harus bolak-balik buat rapat dari kampus wilayah ke kampus pusat belum lagi pulang buat perjalanan pulang ke rumah, capek harus milih dengan berat hati kalau ada rapat di waktu yang sama, capek harus izin-izin karena ada kuliah atau agenda lain yang nggak bisa ditinggalkan, capek harus urus ini itu sehabis pulang kuliah sampai larut malam padahal tugas kuliah belum kelar, capek harus sabar kalau ada anggota yang nggak berkontribusi selama acara, capek harus bisa kontrol emosi, dan masih banyak lagi.
        Dari capeknya yang aku alami itu, jujur rasanya pengen cerita dan ngeluh kalau aku itu capek. Tapi balik lagi, orang yang dengar paling bakal nimpal balik "suruh siapa ikut 2 organisasi! ", "suruh siapa ikut organisasi di kampus pusat! " dan syalalala. Alhasil aku memilih diam, nggak banyak cerita. Walau kadang ada temen yang sama-sama berorganisasi kepo dengan kesibukanku itu dan tanya ini itu.
       Nah suatu waktu, aku pernah upload story tentang suatu event yang udah berakhir. Ada temenku yang komen dengan kata-kata yang bikin aku mewek semewek-meweknya. Iya, nangis karena aku merasa ada banyak hal yang pengen aku ungkapkan tapi nggak tau harus sama siapa dan gimana cara mengutarakannya. Dan temenku ada yang notice ngerasain apa yang aku rasain tanpa aku harus cerita atau koar ke orang-orang kalau aku capek, ya balik lagi karena itu keputusan yang udah aku pilih dari awal.




        Nah biar curhatan yang udah aku jelasin di atas lebih real aku mau sedikit cerita ni. Jadi waktu itu hari Kamis, sehabis kuliah aku sama salah satu temenku janjian buat kerja rodi nyelesain media buat lomba yang deadlinenya hari itu juga jam 23.59. Surprisenya kita baru mulai buat sekitar jam 19.00an, yaa sekitar habis isya. Karena jam maksimal kampus jam 22.00 kita udah diusir. Alhasil kita numpang ke kosan kakak tingkat. Kebetulan kita berdua anak rumahan dan jarak rumah kita lumayan jauh buat ngungsi. Media itu kita kebut sampai pagi dengan berbagai drama dan kelar jam 8 atau 9an pagi (tepatnya aku lupa), padahal deadline jam 23.59 wkwkwk. Modal nekat dan percaya aja dong ya, selama ada kesempatan kenapa enggak.
Nah jam 9nan pagi segitu, aku udah ditelfon temen suruh buru ke pusat padahal waktu itu aku belum pulang ke rumah, belum bobok nyenyak, belum makan, yang jelas badan pegel pegel mata udah sayu. Singkat cerita pulang ke rumah berberes dan sampai di kampus pusat. Agendanya ada persiapan buat penjamuan kedatangan finalis LKTI dan technical meeting. Akhirnya sekitar jam 21.00 acaranya udah kelar, pulang di sepanjang jalan udah nguaaantuk berasa mau nabrak ini itu udah nggak karuan pengen nangis waktu itu L. Nah sebenarnya di hari yang sama itu, di kampus wilayah ada persiapan juga untuk try out yang menurut aku penting. Jujur awalnya aku mau nyempetin buat ke wilayah, tapi dengan kondisi badan aku yang udah nggak karuan akhirnya aku mengurungkan niatan itu. Walaupun aku tau bakalan ada yang merasa dikecawain tapi ya gimana lagi :(
Nah jadwal besok pagi itu, aku ada acara try out di kampus wilayah dan harus briefing sekitar jam 5.15 am alias pagi karena open gate mulai jam 06.30 pagi. Nah karena mungkin badan aku capek pa gimana malemnya aku langsung tepar dan batre hp kondisi habis belum aku charge. Nah paginya, aku shock pake banget gegara aku bangun udah jam 06.30an pokoknya udah terang pagi gitu. Gegabah dong ya mandi cepet banget, belum sarapan, dresscode cuma ingat kalau pakai rok hitam, batik, dan beralmet daaan berspekulasi pakai jilbab hitam karena hp masih low batrenya dan bakalan lebih lama nunggu loading. Akhirnya ngebut dong ya udah kayak rossi. Daaaan sampai di gerbang kampus udah penuh sama peserta try out huhuhu tertampar aku plakk!! plakk!!! Malu banget dan aku yakin ada orang yang kecewa aku baru dateng jam segitu. Langsung deh tanpa babibu fafifu lari ke job buat presensi peserta sampai jam 08.00an. Akhirnya bisa charger hp lagi sekitaran jam 08.30, langsung dong bukak whatsapp dan shockkkkk ada banyak banget panggilan masuk. Iya panggilan masuk dari temen-temen anak pusat. Karena aku salah satu koordinator suatu sie, aku lupa buat nyiapin suatu hal itu astaghfirullah dan orang orang pada telfon aku. Singkat cerita, Alhamdulillah masalah itu akhirnya udah terkendali, walaupun aku ngerasa kecewa banget sama diriku sendiri dan aku nggak bisa ngebayangin betapa emosinya temen aku hwaaaa. Dari pagi sampai siang aku fokus ke acara try out ini dan menitipkan jobdesk event di pusat ke temen temen. Kebetulan jobdesk hari itu ga terlalu berat sebenarnya, jadi aku berani buat fokus ke acara try out ini.
Nah setelah try out kelar, akhirnya pulang ke rumah rebahan bentar dan makan udah nggak mood. Malem akhirnya aku ke pusat buat ikut acara semacam farewell party. Kebetulan waktu itu aku jobless dan niatnya mau ngurus uang sama bendahara. Nah ada kejadian nyebelin lagi, bener bener cobaan bangey woooy. Nah ceritanya pas narik duit tiba tiba atm aku ketelen hwaaa nambah nyesek ga tuh :( dan satpam bilang besok senin diurus di bank aja mbak. Okela okelaa dengan kecemasan takut uang rakyat di dalam atm bakalan hilang pa gimana. Yaudah deh, akhirnya pulang gegaara udah diteror bapak buat buru pulang soalnya udah jam 10 malam. Pagi buta aku ke pusat lagi dan ada drama tinta printer di sekretariat habis padahal waktu itu hari minggu otomatis banyak percetakan tutup. Setelah keliling kesana kemari dapet juga percetakan yang buka pintu tapi nggak full. Bapaknya bilang gabisa mba, tapi setelah merintih dong ya akhirnya bapaknya mau. Makasih ya pak aku terharu pokoknya, semoga usahanya makin lancar ya pak! :) Aamiin
Sekian sedikit curhatan yang akhirnya aku tumpahkan lewat tulisan yang nggak jelas ini, pesan moral dari berbagai kegiatan yang udah aku lakuin ini yang jelas menjadikanku buat nggak gampang ngeluh, harus pinter bagi waktu, komunikasi jangan sampai putus, dan tanggung jawab sama apa yang udah kita pilih. Selesai...


Jumat, 18 Januari 2019

Pemilu Akbar 2019, Kubu Jokowi-Ma’ruf? atau Prabowo-Sandi?

Tahun 2018 berlalu, membuka lembaran baru dimana tahun ini akan diselenggarakan pemilu presiden dan wakil presiden. Nah hal yang menarik dalam setiap pemilu yaitu kubu pendukung diantara kedua paslon tersebut. Ada yang dukung paslon 01 ataupun sebaliknya ada yang dukung paslon 02. Tentunya mereka memiliki kriteria tersendiri untuk paslon yang mereka dukung. Namun, hal lain yang juga menjadi sorotan yaitu adanya saling serang antar pendukung kubu baik melalui media sosial ataupun televisi. Mereka berdebat meyakinkan bahwa paslon mereka lah yang pantas untuk menjabat kursi nomor satu di Indonesia untuk periode lima tahun ke depan.
Hhmm .. perdebatan itu juga sangat aku rasakan misalnya saja di story whatssapp, seolah-olah kedua kubu tersebut saling berbalas atau beradu story. Pihak yang satu menganggap bahwa presiden Jokowi layak untuk menjabat kembali menjadi presiden karena berbagai prestasi yang telah beliau peroleh. Tapi, dilain sisi menganggap bahwa hasil kinerja pemerintahan Jokowi pada periode 2014 sampai saat ini belum menunjukkan hasil yang memuaskan, sehingga mendukung adanya hashtag yang ramai diperbincangkan yaitu #2019GantiPresiden.
Sebagai pribadi yang tidak begitu mengeluh-eluhkan kedua paslon itu, merasa hanya bisa geleng-geleng kepala (hahahahahah, bukan berarti besok golput ya -,-). Kenapa geleng-geleng kepala? Karena di negara ini sudah menjamur begitu banyak orang yang begitu fanatik ataupun sebaliknya menjadi seorang haters. Bukankah sesuatu yang berlebihan itu tidak baik? Kenapa masih ada orang yang begitu senang atau mengidolakan seseorang secara berlebihan? Tapi, dilain sisi ada orang yang begitu benci dengan seseorang secara berlebihan? Apa kita tidak bisa mengidolakan sewajarnya dan membencinya secukupnya?. Walaupun menjadi pembenci itu tidak baik, tapi coba kita simak permisalan berikut.
Di era pemerintahan ini misalnya, berbagai prestasi telah ditorehkan dilain sisi masih terdapat permasalahan yang belum terselesaikan. Sebagai seorang yang “bijak”, seharusnya kita (entah kubu A atau B) harus gentle memuji dan mengakui jika pemerintahan saat ini telah menorehkan prestasi, bukan menutupinya dan tidak mau mengakui dengan menggembor-gemborkan berbagai isu permasalahan. Walaupun menggembor-gemborkan isu permasalahan itu tidak salah, tapi harus disandingi dengan solusi apa yang akan ditawarkan untuk pemerintah. Sebaliknya, jika ada permasalahan pada pemerintahan ini yang memang itu belum terselesaikan, kita (entah kubu A atau kubu B) sebagai individu harus mau untuk mengakui dan mengkritik pemerintah dengan memberi solusi bukan menutup-nutupi. Diharapkan dengan adanya sikap yang bijak ini, yang ada bukanlah saling olok-olok antar kubu, namun saling bahu-membahu membangun bangsa ini entah siapapun itu pemimpinnya.
So, bagi kalian yang dukung paslon 01 atau 02 silakan. Hanya bisa berpesan semoga menjadi kubu pendukung yang bijak, jika itu baik maka akui dan beri apresiasi. Jika itu buruk, maka kritisi dengan menawarkan solusi. Ingat, bukahkah yang berlebihan itu tidak baik? Hahaha sekian curhatan hati ini yang sering membaca, mendengar, dan mengamati orang-orang sekeliling yang begitu fanatik ataupun menjadi haters yang kedua tipe orang itu memuakkan emosi diri ini. Sekian, Terima Kasih J


~Tegurlah Aku Jika Aku Salah~ 

Sabtu, 20 Januari 2018

Resolusi 2018


Berbicara mengenai resolusi tahun 2018 sebenarnya berkaitan erat kaitannya dengan penyesalanku akan tahun-tahun sebelumnya (-_-). Tapi, dari pengalaman sebelumnya yang aku sesalkan justru aku mulai belajar dan berusaha untuk melakukan hal-hal yang sebelumnya belum terealisasikan. Sebenarnya banyak hal-hal yang ingin aku capai selama hidupku ini dan banyak hal-hal yang ingin aku eksplore agar hidupku ini lebih bermakna. He he. 

Untuk tahun 2018 ini aku berusaha untuk membagi targetku menjadi target per tahun, target per bulan, dan target per hari. Dengan membagi setiap target menjadi lingkup yang lebih kecil sebenarnya akan mempermudah diri kita untuk fokus terhadap target-target yang sudah kita tetapkan. Jujur sebenarnya aku baru memulai membuat target-target yang serius ini di tahun 2018. Tahun-tahun sebelumnya sebenarnya aku pernah melakukan hal ini, tapi akhirnya berhenti di tengah jalan karena berbagai hal mulai dari rasa malas, capek, dan lain-lain. Tapi karena kesadaranku, akhirnya aku berfikir kalau ini adalah hal yang amat sangat perlu untuk dilakukan agar hari-hariku nanti tidak menjadi sebuah penyesalan yang muncul di akhir. Dan semoga ini dapat berjalan konsisten. Aamiin.

Beberapa target yang ingin aku capai tahun 2018 yaitu :

1.        Lebih pintar dalam membagi waktu

Belajar dari pengalaman waktu SMA yang gelagapan gara-gara baru pertama kali ikut kepanitiaan even sekolah yang lumayan gede. Pada akhirnya membuat akademikku sedikit terbengkalai (rangkingku turun -_-). Tapi, dari pengalaman itu justru membuat diriku untuk belajar dari kesalahan sebelumnya.

Untuk tahun ini aku mencoba membagi diriku menjadi beberapa bagian (pada bagian ini terinspirasi dari seorang blogger dan youtuber yaitu Gita Savitri Devi). 

 Pertama, aku menempatkan diriku ini sebagai mahasiswa yang fokus dalam hal akademik. Sebagai mahasiswa tentunya orientasi utama kita adalah kuliah. Walaupun tidak menampik kalau organisasi itu penting, namun kewajiban kita sebagai anak dari kedua orangtua yang tujuan utamanya adalah menuntut ilmu, maka harus bisa melaksanakannya dengan baik. Dalam hal ini, aku berusaha untuk menyusun strategi belajar apa saja yang harus diriku lakukan ditengah kesibukan dalam hal berorganisasi agar hasil akademik nanti tidak mengecewakan orang tua.

Kedua, aku menempatkan diriku ini sebagai mahasiswa yang aktif dalam organisasi. Aku berpandangan bahwa ikut serta dalam organisasi itu amat sangat perlu untuk dilakukan. Dengan organisasi itu kita belajar banyak hal dan mendapatkan berbagai manfaat yang tidak bisa kita dapatkan hanya dengan duduk di kelas.

Ketiga, aku menempatkan diri sebagai mahasiswa yang berusaha untuk mengasah potensi diri. Mengasah potensi diri dalam hal ini adalah menyisihkan waktu untuk melakukan kegiatan secara konsisten sesuai dengan hobi dan bermanfaat untuk diri kita, terlebih kepada orang lain. Apabila potensi tersebut terasah maka setiap orang akan memiliki ciri khas dan kualitas diri yang tentunya membedakan diri kita dengan orang lain. Selain itu, menurutku hal ini perlu untuk dilakukan karena sebagai mahasiswa tentunya kita akan merasa jenuh dengan aktivitas akademik ataupun organisasi yang terkadang membuat diri kita merasa lelah dan bahkan bosan. Dengan menyisihkan waktu untuk melakukan kegiatan sesuai dengan hobi kita tentunya akan membuat diri kita menjadi lebih bersemangat dalam melakukan setiap kegiatan. Dalam hal ini, aku berusaha untuk memfokuskan diri untuk mengembangkan potensi dalam hal menulis.

2.        Lebih produktif dalam segala hal

          Target yang kedua ini sebenarnya berkaitan sama target yang di atas. Untuk target ini aku berusaha untuk meminimalisir waktuku buat leyeh-leyeh yang berlebihan (lol), mengurangi waktu untuk nonton drakor bahkan kalau bisa stop nonton drakor (sebenarnya hiburan itu juga perlu, tapi untuk tahun ini aku berusaha mengalihkan dari drakor ke film barat karena aku ada misi khusus, he he), dan hal-hal lainnya yang sangat tidak bermanfaat. Pada intinya aku berusaha untuk menggunakan waktuku sebaik mungkin dengan hal-hal yang bermanfaat biar enggak nyesel. Ha ha ha (ketawa evil buat diri sendiri).

3.        Memperluas networking dan meningkatkan kualitas public speaking

           Sebenarnya kedua target ini bisa aku dapetin ketika aku aktif dalam berorganisasi. Sedikit cerita, dulu aku itu orangnya amat sangat pemalu dan tidak percaya diri buat berbicara di depan umum. Sampai sekarangpun sebenarnya masih sama, yaitu pemalu dan tidak percaya diri ketika ngomong di depan umum. Perbedaannya kalau sekarang rasa malu itu sudah agak bisa dikontrol jadinya enggak begitu pemalu (tapi malu-maluin, lol)

         Pada intinya kalau disuruh ngomong di depan umum yang ada ya deg-degan enggak karuan. Kalau ngomong masih sering belepotan, mondar-mandir enggak jelas. Pada intinya aku benci dengan diriku ini yang skill untuk ngomong di depan umum masih minim. Hal itu ternyata juga amat sangat berpengaruh ketika aku di bangku kuliah. Untuk dosen tertentu, ke-aktifan mahasiswa di kelas juga berpengaruh terhadap nilai karena mereka (yang aktif di kelas) mau untuk berargumen atau mengemukakan pendapatnya di depan kelas dengan tidak takut untuk salah.

          Nah, karena itulah aku memberanikan diri untuk ikut organisasi walaupun itu akan menyibukkan, tapi manfaatnya banyak diantaranya bisa menambah networking (ini sangat perlu saudara-saudaraku karena secara tidak sadar akan mempermudah kita dalam segala hal) dan diharapkan bisa mengasah kemampuan dalam public speaking.

4.        Belajar bahasa Inggris

         Memahami bahwa diriku ini kemampuan bahasa Inggrisnya masih minim sekali dan masih berantakan. Maka, aku berusaha melakukan beberapa hal untuk mengasah kemampuanku dalam hal bahasa Inggris. Sebenarnya tips dan trik buat belajar bahasa Inggris sudah banyak diulas di internet. Untuk menjalaninya agar bisa konsisten ya tergantung dari setiap individu. FYI aja, sebelumnya aku lihat video di youtube tentang belajar bahasa Inggris. Nah, pembicara di youtube itu bilang kalau kita baru bisa berbicara lancar dalam bahasa Inggris ketika kita memiliki minimal 3000 vocab. Mantap jiwa!!!.

         Dari situlah aku membuat target minimal menghafal 15 vocab dalam sehari dan vocab-vocab yang sudah dihafalkan aku tulis di buku khusus. Vocab yang dihafal dapat berupa vocab baru maupun vocab yang diambang lupa (dulu pernah ingat, tapi lama kelamaan lupa karena engggak pernah dipake -_-). Selain itu, aku juga berusaha untuk sering-sering melihat film maupun video dalam bahasa Inggris (kalau ini lebih fleksibel, biasanya aku lakukan di waktu luang). Dan yang terakhir, aku berusaha untuk meluangkan waktu membaca buku ataupun berita dari portal online yang berbahasa Inggris. Dengan membaca itu pula selain bisa menambah informasi juga bisa belajar vocab-vocab yang masih asing. Vocab itu kemudian diterjemahkan, dihafalkan, dan dicatat. Eaaaa. (Aku juga masih berupaya untuk belajar)

5.        Menulis secara konsisten dan aktif mengikuti lomba menulis

         Sebelumnya aku berusaha untuk mengenali diriku ini seperti apa. Potensi atau bakat apa yang bisa aku kembangkan. Nah, setelah melihat dan mempertimbangkan (lol bangett) akhirnya aku mulai sadar kalau diriku ini memiliki potensi dalam hal menulis dan menggambar. Dari kedua potensi itu aku mempertimbangkan salah satu yang harus aku jadikan fokus utama, tapi bukan berarti meninggalkan potensiku yang lain. Aku memutuskan untuk fokus dalam hal menulis. Sedangkan menggambar aku jadikan sebagai hobi yang sewaktu-waktu bisa aku ekspresikan sesuai dengan mood (selain itu, mungkin karena menggambar menurutku kurang fleksibel dibandingkan dengan menulis).   

      Dari situlah pada akhirnya aku mengupayakan diri agar bisa menulis secara konsisten. Aku membuat target minimal dalam seminggu membuat 2 (dua) postingan di blog. Aku memilih blog karena menurutku dengan blog hasil karya tulisanku bisa tersimpan dengan baik, sewaktu-waktu aku bisa membaca kembali tulisanku, dan terlebih lagi bisa memberikan manfaat kepada orang lain. Selain itu, aku juga membuat target minimal mengirimkan satu karya tulis dalam satu bulan untuk dilombakan.

6.        Lebih sering membaca

Ini adalah wajib saudara-saudara. Ada istilah buku adalah jendela ilmu. Jadi, dengan membaca buku maka kita akan memperoleh banyak ilmu. Tapi, di era digital ini kita juga bisa membaca dan memperoleh informasi dari internet. Untuk itu, aku menargetkan diriku ini untuk membaca minimal satu buku dalam satu bulan.  

7.        Memperbaiki kualitas diri

          Memperbaiki kualitas diri sebenarnya punya makna yang luas. Tapi, pada target ini aku berusaha untuk fokus memperbaiki kualitas diri dalam hal agama (menurutku ini yang paling penting saudara-saudara). Sebelumnya sudah banyak dibahas tentang target-target yang lebih condong dalam hal duniawi. Maka sebagai makhluk ciptaan Tuhan, aku berfikir bahwa kebutuhan akhirat juga amat sangat penting dan  tidak bisa dianggap sebelah mata. Untuk hal-hal yang bakal aku lakukan dalam target ini aku enggak bisa share karena sifatnya lebih privasi (hanya aku dan Allah SWT yang tahu J).  

Sekian perbincangan tentang resolusi 2018. Nyampe enggak sadar ternyata udah banyak juga ya aku nulis. Terima kasih bagi siapapun yang mau membaca tulisan ini sampai akhir. Semoga tulisan yang panjang kali lebar kali tinggi ini bisa bermanfaat untuk kita semua. Aamiin. JJJ




Kamis, 18 Januari 2018

Jika Hijrah Itu Mudah Maka Istiqomah Itu Susah!

Kata-kata itu sebenarnya aku dapat dari whatsapp story teman kelas dengan sedikit modifikasi. He he (lol banget hi hi hi). Hijrah seolah-olah sudah jadi headline teman-teman di kelas. Entah kenapa akhir-akhir ini banyak teman kelas yang membuat whatsaap story tentang hijrah. Alhamdulillah hatiku berkata dalam hati. Hal ini tentunya mempermudah langkahku untuk melangkah tahap demi tahap untuk berhijrah agar bisa menjadi pribadi yang lebih sempurna, bukan sempurna juga loh ya soalnya kesempurnaan itu milik Rizki Febian (sambil nyanyi kesempurnaan cinta dalam hati), eh eh maksudnya kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT.
....

Setelah diresapi benar juga kata-kata itu, jika hijrah itu mudah maka istiqomah itu susah. Dengan kata lain, jika hijrah itu susah maka istiqomah itu lebih susah. Meskipun sebenarnya tingkat kemudahan dan kesukaran itu tidak bisa diukur dengan angka. Hanya diri kita yang mampu menilai apakah itu mudah atau susah. Kalau menurutku hal ini sebenarnya mirip dengan kejadian orang yang bertaubat tapi setelah itu malah diulangi lagi. Namanya juga manusia pasti sering merasa khilaf (termasuk yang nulis ini nih -_- hueee`).

Aku merasa beruntung banget berada di lingkungan kuliah ini karena beberapa temanku sudah lebih dahulu memantapkan diri untuk berhijrah dan alhamdulillah tetap istiqomah sampai sekarang serta beberapa temanku yang mulai berniat untuk berhijrah. Hal ini juga yang memicu diriku ini untuk mulai berubah ke jalan yang lebih baik. Sebenarnya amat sangat susah ketika hal itu dipraktekkan dalam kehidupanku. Iman yang masih sering naik turun menjadi salah satu pemicunya. Tapi, jujur aku merasa salut banget sama mereka (speechless pokoknya) yang sudah memantapkan diri untuk berhijrah dan selalu istiqomah.

Sedikit cerita, suatu hari aku sedikit banyak bertukar pikiran dengan salah satu temanku yang sudah berhijrah. Dia bercerita tentang masalah-masalah yang pernah menghinggapi keluarganya. Berbagai cobaan Allah berikan kepada dia dan keluarganya. Saat mendengar ceritanya, air mata ini pun mulai menetes. Susah untukku menahan air mata ini. Aku tidak bisa membayangkan jika hal itu terjadi dalam kehidupanku.

“Apakah aku kuat untuk menghadapinya?”

“Apakah aku kuat jika orang yang aku cintai berada dalam keadaan kritis dan berada
dalam ambang kematian?”

Sepertinya amat sangat susah bagiku untuk tetap tegar menghadapi masalah itu. Bahkan untuk membayangkannya saja aku tak kuasa. Hanya kuasa Allah yang mampu mengabulkan doa seorang hamba yang berharap agar orang yang dia cintai tetap berada di dunia ini, tetap berkumpul dengan keluarganya karena perannya yang masih sangat dibutuhkan. Dia juga bercerita kalau dia merasa bersyukur ketika doanya bisa didengar oleh Allah. Merasa bersyukur ketika orang yang dia cintai tetap ada disampingnya. Mungkin coban-cobaan itu justru menjadi salah satu hal yang membuat dia tetap beristiqomah sampai sekarang.

Dari cerita itu sebenarnya aku mulai sadar bahwa salah satu hal yang membuat diriku ini agar tetap istiqomah walaupun iman sedang down adalah dengan selalu mengingat Allah. Kalau diingat kembali sebenarnya Allah sudah begitu baik ya dengan kita. Sampai sekarang pun Allah masih memberikan kita kesempatan untuk dapat bernafas, bisa melihat alam semesta ini, bisa berjalan, dan masih banyak lagi, walaupun mungkin disaat yang sama ada saudara kita di luar sana yang belum seberuntung kita (serius amat ya fah, he he). Jadi, sebagai hamba yang tak lepas akan dosa (diriku ini maksudnya) harus sepatutnya selalu bersyukur kepada-Nya dengan memperbaiki diri kita ke arah yang lebih baik, ke jalan yang lebih benar.

Semoga Allah memberikan kemudahan kepada setiap langkah kita untuk berubah menjadi manusia yang lebih baik lagi, untuk menuju ke jalan kebenaran. Aamiin.

Akhir kata, terima kasih aku ucapkan buat kalian yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca tulisanku ini. Maaf jika banyak salah kata dalam tulisan ini. Terima kasih. :) 


~Tegurlah Aku Jika Aku Salah

Selasa, 16 Januari 2018

Don’t Judge People By Cover


Kali ini aku bakal bahas mengenai pandanganku tentang menutup aurat. Jujur aku adalah orang yang ngerasa telat bangettt buat dapet ilmu agama khusunya tentang kewajiban menutup aurat (Hueee malu banget rasanya). For your information aja nih, aku baru dapet ilmu yang teoritis banget tentang apa itu aurat, kewajiban menutup aurat, ketentuan jilbab, dan sebagainya itu pas SMA (sad banget ngga sih). Maklum dari SD nyampe sekarang kalau sekolah di negeri terus, jadinya ilmu agama yang aku dapetin ya ala kadarnya.

Awalnya nih aku cuma sebatas tau aja kalau jilbab itu buat nutupin aurat (padahal dulu pengetahuan tentang aurat ya masih minim pake banget, -_- ). Nah karena itu pula, pemikiranku dan pandanganku dulu juga masih amat sempit tentang orang yang pakai jilbab gede bangettt, pakai baju yang lebar terus pake cadar, dulu mikirnya “ih itu aliran apa?” (Kayaknya sih masih banyak juga orang-orang yang berpandangan kayak gini, khususnya buat yang tinggal di desa yang pemikirannya masih belum terbuka). Dulu bahkan kalau liat atau papasan sama perempuan yang pake baju lebar, jilbab gede, dan bercadar juga malah takut (-_-).

Tapi karena udah semakin gede, semakin banyak ilmu agama yang didapat, dan semakin luas scope pergaulan dengan ciri khas setiap orang yang berbeda-beda, akhirnya rasa aware itu mulai muncul. Yaitu rasa aware akan pemikiran dan pendangan yang lebih terbuka, sekarang lebih berusaha buat berfikir terbuka dengan menerima realita yang ada (orang pake baju lebar, jilbab yang gede banget, pakai cadar). Ya kalau difikir-fikir, dilihat dari cara mereka pakai pakaian yang kayak gitu juga ngga salah kalau kita liat dari sumbernya (Al-Qur’an dan Hadis), tapi pada intinya setiap orang harus bisa memfilter diri dari ilmu agama yang didapat dari luar karena ngga bisa menampik di luar sana banyak aliran-aliran agama yang ngakunya sih islam, tapi justru nggak sesuai dengan Al-Quran dan Hadis.

So, sekarang balik lagi ke diri sendiri. Diriku ini aja yang udah tau ilmu tentang aurat dan segala macemnya apakah udah bisa ngejalaninnya dengan benar sesuai dengan agama?, enggak!!!. Udah tau ilmunya aja masih ngelanggar, dulu kalau pake baju masih yang tiga per empat, masih pake jeans (pakaian ketat udah pasti nggak dibolehin di agama), pakai kerudung aja masih belum bisa sempurna. Jadi, dari pada menggunjing atau merasa khawatir karena penampilan seseorang yang berbeda dengan kita padahal dia lebih benar sebenarnya dalam hal berpakaian, lebih baik kita memperbaiki kualitas diri dengan berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

~ Tegurlah Aku Jika Aku Salah :) 


Amarah

28 September 2023 lepas satu hari setelah kejadian itu terjadi ... Ya, marah rasanya diri ini terhadap suatu keadaan yang dilakukan orang la...